Penulis

Lihat Semua
Anne Cetas

Anne Cetas

Anne Cetas mulai menulis untuk buku renungan ini sejak tahun 2004 dan menjabat sebagai editor pengelola publikasi. Ia dan suaminya, Carl, suka bersepeda bersama, dan melayani sebagai mentor dalam suatu pelayanan perkotaan.

Artikel oleh Anne Cetas

Ketakutan yang Tidak Masuk Akal

Kedengarannya tidak masuk akal, tetapi ketika kedua orangtua saya meninggal dalam tempo tiga bulan, saya khawatir mereka akan melupakan saya. Tentu saja, mereka tidak ada lagi di dunia, tetapi perasaan itu membuat hati saya diliputi ketidakpastian. Saat itu saya masih muda, belum menikah, dan bingung menjalani hidup tanpa mereka. Karena merasa benar-benar sendirian, saya pun mencari Tuhan.

Hadiah yang Menakjubkan

Seorang guru bernama Donelan sangat gemar membaca, dan suatu hari, kebiasaan itu membawa keuntungan baginya. Ia sedang merencanakan perjalanan dan membaca dengan teliti polis asuransi perjalanannya yang sangat panjang. Sesampainya di halaman ketujuh ia menemukan hadiah yang menakjubkan. Sebagai bagian dari kontes berjudul “Ada Gunanya Dibaca”, perusahaan asuransi tersebut memberikan 10.000 dolar kepada orang pertama yang membaca kontrak sampai sejauh itu. Mereka juga mendonasikan ribuan dolar kepada sekolah-sekolah di sekitar tempat tinggal Donelan untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Donelan berkomentar, “Saya selalu dianggap kutubuku karena suka membaca semua kontrak sampai tuntas. Tapi sayalah yang paling terkejut mendapatkan hadiah!”

Seorang yang Baik Hati

Karena kecewa dan menginginkan kehidupan yang lebih bermakna, Leon berhenti dari pekerjaannya di bidang keuangan. Suatu hari ia melihat seorang pria tunawisma di tikungan jalan mengangkat papan yang bertuliskan: kebaikan adalah obat yang terbaik. Leon berkata, “Kalimat itu langsung mengena ke hati saya. Saya seperti mendapat pencerahan.”

Perspektif dari Atas

Pada dekade 1970-an, ketika Peter Welch masih kecil, menggunakan detektor logam hanyalah hobi baginya. Namun, sejak tahun 1990, ia memandu orang-orang dari seluruh dunia dalam kegiatan yang dinamakan “wisata mendeteksi logam”. Mereka berhasil menemukan ribuan benda—pedang, perhiasan kuno, koin berharga. Dengan menggunakan Google Earth, suatu program komputer yang menampilkan gambar-gambar permukaan bumi berdasarkan citra satelit, mereka mencari pola-pola pada lanskap lahan pertanian di Inggris. Mereka dapat melihat di mana letak jalanan, gedung, dan struktur bangunan lain yang pernah ada berabad-abad lalu. Peter berkata, “Memiliki perspektif dari atas sungguh membawa kami kepada dunia yang sama sekali baru.”

Dengan Tangan Terbuka

Saydee dan keluarganya memiliki filosofi “tangan terbuka dan rumah terbuka.” Rumah mereka selalu terbuka bagi siapa saja, “terutama mereka yang sedang susah,” katanya. Begitu pula prinsip kehidupan keluarga Saydee yang bertumbuh bersama sembilan saudara kandungnya di Liberia. Orangtua mereka selalu membuka pintu rumah mereka bagi orang lain. Ia berkata, “Kami bertumbuh sebagai satu komunitas. Kami saling menyayangi. Semua orang bertanggung jawab atas sesamanya. Ayah kami mengajari kami untuk saling menyayangi, saling memperhatikan, dan saling melindungi.”

Merasa Dipedulikan

Debbie, pemilik sebuah perusahaan jasa pembersihan rumah, selalu mencari klien-klien baru untuk memperbesar usahanya. Suatu kali, wanita yang dihubunginya menanggapi tawarannya dengan berkata, “Saya tidak mampu membayar jasa pembersihan rumah saat ini, karena saya sedang menjalani perawatan kanker.” Seketika itu juga Debbie memutuskan bahwa tidak akan ada wanita yang tidak bisa menikmati jasa pembersihan rumah karena sedang menjalani perawatan kanker. Sebaliknya, mereka akan ditawari jasa pembersihan rumah secara cuma-cuma. Karena itu, pada tahun 2005, Debbie mendirikan organisasi nirlaba untuk membantu perusahaan-perusahaan yang ingin menyumbangkan jasa pembersihan rumah bagi para wanita yang sedang berjuang melawan kanker. Salah seorang wanita yang dilayani merasa mendapatkan kembali rasa percaya dirinya ketika ia pulang dan mendapati rumahnya sudah bersih. Ia berkata, “Untuk pertama kalinya, saya benar-benar yakin saya bisa menang atas kanker.” 

Datang Bertubi-tubi

Anda mungkin tahu bagaimana rasanya. Tagihan demi tagihan datang setelah Anda menjalani prosedur medis—dari dokter anestesi, dokter bedah, laboratorium, fasilitas medis lain. Jason pernah mengalami hal ini setelah menjalani suatu operasi darurat. Ia mengeluh, “Kami masih berutang ribuan dolar, padahal sebagian sudah ditanggung oleh asuransi. Kalau saja kami bisa melunasi semua tagihan ini, hidup kami pasti lebih baik dan saya akan bahagia! Namun, sekarang rasanya masalah datang begitu bertubi-tubi.”

Tempat Bernaung

Beberapa tahun setelah kematian tragis pasangan pertama mereka masing-masing, Robbie dan Sabrina jatuh cinta, menikah, dan menyatukan kedua keluarga mereka. Mereka membangun rumah baru yang diberi nama Havilah (dari bahasa Ibrani yang berarti “menggeliat kesakitan” dan “membawa keluar”). Kata itu melambangkan suatu keindahan yang dihasilkan dari proses yang menyakitkan. Pasangan ini berkata bahwa rumah itu tidak dibangun untuk melupakan masa lalu, melainkan untuk “membangun kembali hidup dari puing-puing reruntuhan, untuk merayakan pengharapan.” Bagi mereka, rumah itu menjadi “tempat bernaung, tempat mensyukuri kehidupan, dan tempat berpegang pada pengharapan akan masa depan.”

Raja Satu-Satunya

Eldon kecil yang berusia lima tahun sedang mendengarkan pendeta bercerita tentang Yesus yang meninggalkan surga untuk turun ke dunia. Ia sempat tersentak ketika dalam doanya sang pendeta mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena sudah rela mati demi dosa-dosa kita. “Oh tidak! Dia mati?” seru bocah itu kaget.